kaltimradar24.co.id, Sangatta – Di balik kemajuan sektor pertanian di pedesaan, ada sosok-sosok luar biasa yang menjadi motor penggeraknya. Salah satunya adalah Jahira Sabang, seorang Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang mengabdikan diri di Kabupaten Kutai Timur. Sebagai PPL, Jahira tak hanya menjadi penghubung antara kebijakan pertanian dan petani, tetapi juga berperan sebagai pendidik, pemotivasi, sekaligus pembimbing teknis di lapangan.
Lulusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Mulawarman ini memulai perjalanan kariernya sebagai PPL pada tahun 2010. Setelah bertugas di sejumlah desa, kini ia ditempatkan di Desa Bukit Makmur, Kecamatan Kaliorang. “Desa dampingan saya memiliki kelompok tani yang aktif dan lahan pertanian yang cukup luas. Ini tantangan sekaligus peluang,” ungkap Jahira.
Fokus utamanya adalah membina petani dalam budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Menurutnya, banyak tantangan di lapangan, terutama dalam menerapkan sistem tanam padi yang berkelanjutan dan efisien. “Kami terus mendorong kedisiplinan dalam pengelolaan lahan karena hasil yang maksimal selalu datang dari proses yang konsisten,” tambahnya.
Dikenal juga dengan sapaan “Lili”, Jahira menunjukkan dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Panas dan lumpur bukan halangan baginya untuk turun ke sawah bersama petani. Setiap langkahnya mencerminkan prinsip hidupnya: “Hidup boleh sangat lelah, tapi jangan pernah menyerah, karena proses dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.”
Semangat Jahira untuk memberdayakan petani menemukan momen penting ketika PT Indexim Coalindo menggulirkan Program Pangan untuk Penghijauan. Program ini sejalan dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur No. 27 Tahun 2021 yang mendorong tanggung jawab sosial lingkungan serta pengembangan program kemitraan di daerah.
Melalui koordinasi intensif bersama perusahaan dan Pemerintah Desa Bukit Makmur, inisiatif penghijauan sekaligus ketahanan pangan mulai direalisasikan. Salah satu pencapaiannya adalah penanaman 1.180 pohon buah di lahan seluas lima hektare. Tak hanya itu, panen perdana padi gunung telah dilakukan pada April 2025.
“Kami bekerja sama dalam banyak hal, mulai dari persiapan lahan, pelatihan teknik budidaya hortikultura, hingga pengembangan demplot tanaman semusim,” terang Jahira, perempuan kelahiran Sangkulirang yang kini berusia 37 tahun.
Usaha tak mengingkari hasil. Pendampingan intensif yang dilakukan Jahira dan tim kini mulai membuahkan hasil nyata. Beberapa kelompok tani bahkan sudah mampu memasok hasil kebun mereka untuk memenuhi kebutuhan katering perusahaan. Ini menjadi motivasi baru bagi para petani untuk terus maju. (Uzin)